Wednesday, 19 August 2020

tapa kungkum

 Legenda menyebutkan bahwa Sunan Bonang berhasil membersihkan jiwa Raden Sahid dan menjadikanya menjadi salah satu Aulia terkemuka. Beliau merupakan wali terakhir di tanah Jawa, bergelar Sunan Kalijaga.

Tapa kungkum secara spiritual adalah syarat utamanya. Dilakukan dengan berdiam diri dalam sungai. Sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan, minimal 7 malam. Namun, masyarakat Jawa menandai berakhirnya tapa ini saat sang pelaku mendapat sasmita atau peristiwa yang mengharuskannya mengakhiri puasanya.

Hampir sama seperti kisah Sunan Kalijaga yang diperintahkan mengakhiri tapa oleh Sunan Bonang. Perbedaanya, tapa yang dilakukan Sunan Kalijaga diberi waktu 2 tahun. Rentang waktu tersebut, didasarkan pada kehendak Sunan Bonang.

Sedangkan, bagi orang biasa diyakini musti menunggu hingga mendapat sasmita atau suatu peristiwa murni dari kekuatan Tuhan. Sebagai isyarat untuk menghentikan lelaku tapa. Oleh sebab itu, seorang pelaku harus siap lahir batin. Pelaku tapa ini harus benar-benar siap lahir batin dalam membersihkan jiwa raganya dari unsur-unsur nafsu lewat tapa kungkum (Fahri, 2000: 98).



Bagi orang Jawa, tujuan utama tapa kungkum ini adalah untuk membersihkan diri. Serta menguatkan saudara gaib yang disebut kakang kawah adi ari-ari, dalam falsafah sedulur papat lima pancer.

Tapa kungkum akan tampak sulit dilakukan oleh masyarakat Jawa di zaman modern ini. Sebab, masyarakat Jawa dianggap telah meninggalkan tradisi-tradisinya sendiri. Tapa kungkum, tidak mungkin terwujud bila seorang pelaku tidak menginginkannya. Tidak menginginkan dirinya bersih secara lahir dan batin.

Sebelum ritual tapa kungkum biasa dilakukan, pelaku tapa dianjurkan mandi untuk membersihkan badan. Kemudian, mencari tempat yang memiliki kedalaman air setinggi leher, saat bersila. Lebih bagus lagi lokasi tersebut merupakan titik pertemuan dua sungai.

Arus air yang digunakan untuk bertapa juga tidak terlalu deras arusnya. Serta tidak dipenuhi lumpur di bagian bawah sungai. Tapa ini sebaiknya juga dilakukan di tempat yang sepi agar pelaku tapa lebih bisa berkonsentrasi. Sebelum masuk ke dalam air, pelaku tapa membaca mantra,  “putih-putih mripatku Sayyidina Khidhir, ireng-ireng mripatku Sunan Kalijaga, telenging  mripatku Kanjeng Nabi Muhammad.”

Kemudian pelaku masuk ke dalam air, tanpa pakaian. Duduk dengan posisi bersila dan menghadap berlawanan dengan arus air. Selanjutnya, menutup kedua mata dan menyilangkan tangan di depan dada serta mengatur pernafasan.

Tapa ini biasanya dilaksanakan pada waktu tengah malam. Tapa dilakukan selama tiga jam dan boleh lebih dari itu. Selama berendam, dianjurkan tidak boleh tertidur dan tidak boleh banyak bergerak. Tapa kungkum diperkenankan dilakukan selama tujuh malam berturut-turut (Geertz, 1976).

Berkaitan dengan mantra tapa kungkum, sebenarnya tidaklah mutlak. Hal terpenting penggunaan mantra diiringi oleh guru spiritual. Karena, setiap guru mempunyai mantra yang bervariasi. Namun, semua itu memiliki makna yang sama. Seperti penyebutan Nabi Khidir, Sunan Kalijaga dan Nabi Muhammad sebagai cerminan mustika dan karomah yang akan dimilikinya.

Demikianlah salah satu tradisi memperoleh kadigdayaan di Jawa, kebanyakan tidak bisa lepas dari ritual tapa. Tidak seperti tapa yang lain melakukannya di puncak gunung atau dalam gua, tapi merendam diri di dalam air.[]

No comments:

Post a Comment

bani ridwan bin daim

 arif hartawan bin ridwan bin daim bin caryan