Monday, 15 July 2019

sejarah itpu garuda menjadi itpi

lahir dari ikatan tempat  pemakaman umum indonesia....ingat kita pasti kembali . kematian pasti datang untuk semua mahluk pada umum nya dan itpu garuda

Fenomena Kentongan

Kentongan merupakan salah satu alat komunikasi bagi masyarakat Indonesia tak terkecuali warga desa Pakijangan Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes. Kentongan yang dimiliki Desa Pakijangan bukan hanya menjadi alat komunikasi namun dapat sebagai benda cagar budaya turun temurun yang  disimpan dan dirawat oleh Kepala Desa.

Kentongan tersebut dikategorikan sebagai Benda Cagar Budaya karena telah lebih dari 50 tahun dan mempunyai arti penting bagi kebudayaan bangsa. Disamping itu, bisa memupuk rasa kebanggaan nasional dan memperkokoh kesadaran jati diri bangsa.

Kentongan Kepala Desa Pakijangan tersebut dari kayu jati murni yang memiliki panjang  1,5 m dengan diameter  45 cm. Secara turun temurun dengan estafet kentongan tersebut dipindah tangankan ke kepala desa. Ibarat tongkat komanda seorang jendral, kentongan itu diserah terimakan secara berurut kepada :
  1. H. Usman
  2. Sarwiyan
  3. Ambari
  4. Mus
  5. Kasja
  6. Daim
  7. Sanusi
  8. Doin
  9. Kasam
  10. H. Abdul Azis 
  11. Drs. Atmo Tan Sidik 
  12.  Supandi 
  13.  Wasjan Kirom 
  14.  Sri Retno Widyawati
Kentongan pertama kali diperkenalkan oleh Ki Ageng Selo yang ketika menabuh di Pesantren Luhur milik KI Ageng Selo, beliau berpesan agar menjaga pitu pepalih atau ajaran yang musti dipatuhi pemimpin di tanah jawa, termasuk Kepala Desa.
  1. Aja mbedakna rakyate ( emban cinde emban ciladan )
  2. Aja ladak lan aja lali ( Jangan bengis dan jangan jahil )
  3. Aja ati serakah ( Jangan berhati serakah, tamak, loba )
  4. Aja celimut ( Jangan panjang tangan )
  5. Aja mburu aleman ( Jangan memburu pujian )
  6. Aja ladak (Jangan angkuh )
  7. Aja ati ngiwa ( Jangan cenderung ke kiri )
Di berbagai daerah, kentongan tidak sekadar sebagai alat tanda bila terjadi musibah seperti kebakaran, pencurian, pembunuhan atau raja pati, bencana alam dan kematian. Tetapi juga menandakan datangnya waktu solat.

3 comments:

  1. Prof Dr KH Abdul Syakur Yasin MA dalam ceramahnya juga sempat membahas isu tersebut. Salah satu jamaah melontarkan sebuah pertanyaan menarik tentang 'Apakah ada batas-batas atau perbedaan antara menghormati orang islam dan non Muslim (kafir)?'

    Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Prod Abdul Syakur kembali menggoda sang jamaah dengan sebuah pernyataan menarik. "Handphone buatan orang Islam bukan? Makanan, tekstil, karpet, semuanya yang buat orang Islam bukan? Apakah mereka melarang kita untuk memakainya?," tutur Prof Abdul Syakur Yasin.

    "Jadi selama di dunia kita tidak usah membeda-bedakan. Yuk bareng-bareng jalan kebersamaan di dunia. Urusan masing-masing itu nanti di akhirat," timpalnya.

    Pria yang akrab disapa Buya Syakur Yasin itu pun menjelaskan, seluruh orang beriman, orang yahudi, nasrani, maupun orang musyrik, silakan berlomba-lomba berbuat kebaikan, menjalin bisnis dan lain sebagainya. Nanti yang menentukan siapa yang selamat itu adalah Allah SWT.

    "Jangan mengklaim diri sendiri bahwa kita akan selamat dunia dan akhriat, atau mengkafir-kafirkan orang lain, apa bapak yakin masuk surga? Saya sendiri tidak yakin masuk surga. Saya masih menerka-nerka apakah saya layak masuk surga, berapa harga surga? Apakah cukup dibayar dengan bersujud?," ungkap Buya Syakur Yakin.

    Dari pernyataan di atas, Buya Syakur ingin menunjukkan kepada umat Muslim bahwa tidak semudah itu masuk surga. Bahkan, tidak ada satu pun orang yang tahu siapakah di antara mereka yang naninya akan selamat di akhirat.

    "Surga adalah urusan akhirat. Selagi masih di dunia, lebih baik kita menciptakan surga bareng-bareng, seperti apa? Misalnya dengan membuat negerinya aman, melakukan kerjasama dengan baik, atau bertukar kepentingan dengan negara-negara lain," tambahnya.

    Diakui oleh Buya Syakur, Alquran sendiri pernah menegur umat Muslim melalui surat Al Baqarah ayat 214 yang berbunyi,

    أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْاْ مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء وَزُلْزِلُواْ حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللّهِ قَرِيبٌ

    “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (Al Baqarah ayat 214).

    "Buktikan dengan kemakmuran. Kita bikin negeri ini makmur, kita bantu orang yang susah, kita santuni anak yatimnya. Jalan menuju surga adalah ketika kita bersama-sama membangun keadilan sosial," tuturnya.

    Kasus yang sedang viral ini telah dijelaskan di atas bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Semoga puaasa Ramadan juga menjadikan kita manusia yang lebih baik lagi.

    ReplyDelete

bani ridwan bin daim

 arif hartawan bin ridwan bin daim bin caryan